Manusia dan Kebudayaan
Manusia dan Kebudayaan
gambar:https://koalisiseni.or.id/wp-content/uploads/2019/03/kebudayaan-di-mata-kandidat-pemimpin-negara.jpg
A.
Definisi Manusia
Dalam bahasa, manusia diartikan sebagai makhluk yang
berpikir dan berakal budi. Sedangkan secara istilah manusia merupakan konsep
atau gagasan yang ada dalam suatu kelompok tertentu. Dari dua pengertian
di atas rupanya belum memuaskan di berbagai pihak. Hal tersebut dibuktikan
dengan banyak ahli yang mengungkapkan pendapatnya mengenai definisi dari
manusia itu sendiri.
Salah satunya ialah Nicolaus d. & a. Sudiarja ia
menggambarkan manusia seperti semboyan negara kita yaitu bhineka tunggal ika.
Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani
dan rohani merupakan satu barang.
Sedangkan Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany ia menyatakan
bahwa manusia merupakan makhluk yang dianggap paling mulia. Hal tersebut
dilandaskan dari kemampuan manusia yang dapat berfikir dan memiliki 3 dimensi
yaitu badan, akal, serta roh. Manusia dalam perkembangan serta pertumbuannya
selalu dipengaruhi oleh lingkungan ia tinggal.
Manusia yang pada hakikatnya memiliki akal dan mampu
berfikir dengan baik, tentu saja memilki karakter yang snagat kuat.
Karakteristik dari manusia dapat meliputi :
1. Aspek kreasi
2. Aspek ilmu
3. Aspek kehendak
4. Pengarahan Akhlak
B.
Definisi Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata budaya, sedangkan
budaya adalah bentuk jamak dari kata budidaya yang berarti cinta, karsa, dan
rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta buddayah yaitu
bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal.
Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata
culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa
Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).
Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti
culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan
mengubah alam.
Berikut
pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli:
1) E.B.
Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan
yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2) R.
Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang
dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, di mana unsure pembentuknya
didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
3) Koentjaraningrat,
mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri
manusia dengan belajar.
4) Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dalam defenisi yang dikemukan oleh
Selo sumarjan dan Soelaeman Soemardi ini, dapatlah disimpulkan bahwa kebudayaan
itu merupakan hasil dari usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani
agar hasilnya dapat digunakan untuk keperluan masyarakat, misalnya:
a) karya
(kebudayaan material) yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan benda atau
lainnya yang berwujud benda
b) Rasa,
didalamnya termasuk agama, ideology, kebatinan, kesenian, dan semua unsure
ekspresi jiwa manusia yang mewujudkan nilai-nilai social dan norma-norma
social.
c) Cipta
merupakan kemampuan mental dan berpikir yang menghasilkan ilmu pengetahuan.
5) Herkovits,
kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
Dengan demikian kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan
manusia baik material maupun non-material. Sebagian besar ahli yang mengartikan
kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan
evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan
berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.
C.
Hubungan
Manusia dan Kebudayaan
Secara
sederhana hubungan antara manusia dengan kebudayaan ketika manusia sebagai perilaku
kebudayaan,dan kebudayaan tersebut merupakan objek yang dilaksanakan
sehari-hari oleh manusia. Di dunia sosiologi manusia dengan kebudayaan dinilai
sebagai dwitunggal,maksudnya walaupun keduanya berbeda tetapi merupakan satu
kesatuan yang butuh,ketika manusia menciptakan kebudayaan,dan kebudayaan itu
tercipta oleh manusia.
Contoh-Contoh Hubungan Antara Manusia
dengan Kebudayaan
a. Kebudayaan-kebudayaan
khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh:
Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak
permpuan yang melamar sedangkan di Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
b. Cara
hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural ways of life)
Contoh:
Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di
desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk menonjolkan diri di
antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa lebih mempunyai sikap percaya
pada diri sendiri dan sikap menilai (sense of value)
c. Kebudayaan-kebudayaan
khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat
dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial tinggi, rendah dan
menengah. Misalnya cara berpakaian, etiket, pergaulan, bahasa sehari-hari dan
cara mengisi waktu senggang. Masing-masing kelas mempunyai kebudayaan yang
tidak sama, menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap individu.
d. Kebudayaan
khusus atas dasar agama
Adanya
berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang
berbeda-beda di kalangan umatnya.
e. Kebudayaan
berdasarkan profesi
Misalnya:
kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara dan itu
semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh
lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungan dengan
tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.
D.
Unsur-Unsur Manusia dan Kebudayaan
1.
Unsur-Unsur
Manusia
Manusia terdiri dari 4 unsur yang saling terkait
a)
Jasad,
yaitu badan kasar yang nampak pada luarnya
b)
Hayat,
yaitu mengandung unsur hidup yang ditandai dengan gerak
c) Ruh,
yaitu bimbingan dan tuntunan tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan
memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang
menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
Manusia sebagai
satu kepribadian mengandung tiga unsur
a) Id,
merupakan libido murni, atau energi psikis yang menunjukan ciri alami yang
irrasional dan terkait dengan sex, yang secara instingtual menentukan
proses-proses ketidak sadaran (unconcious).
b) Ego,
merupakan bagian atau struktur yang pertama kali di bedakan dari Id, seringkali
disebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan
energi Id kedalam saluran sosial yang dapat di mengerti oleh orang lain.
c) Superego,
merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira usia 5 th.
Dibandingkan dengan Id dan ego, yang berkembang secara internal dalam diri
individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal.
2.
Unsur-Unsur
Kebudayaan
Adanya
perbedaan wujud kebudayaan antara satu budaya dengan budaya lain , disebabkan
karena dalam masyarakat terdiri atas berbagai unsure, baik yang besar maupun
yang kecil yang membentuk satu kesatuan. Ada banyak pendapat tentang
unsure-unsur yang membentuk suatu kebudayaan.
1. Melville
J. Herskovits, unsure-unsur kebudayaan terdiri atas sebagai berikut:
a. alat-alat
teknologi
b. system
ekonomi;
c. keluarga;
d. kekuasaan
politik
2. Bronislaw
Malinowski, menyebutkan unsure-unsur kebudayaan, sebagai berikut:
a. system
norma-norma yang memungkinkan kerjasama antar anggota masyarakat agar menguasai
alam sekelilingnya;
b. organisasi
ekonomi;
c. alat-alat
dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan, perlu diingat bahwa
keluarga adalah lembiga pendidikan yang utama;
d. organisasi
kekuatan
3. Kluckhohn,
berpendapat bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal
(cultural universal), artinya ketujuh unsure ini dapat ditemukan pada semua
kebudayaan bangsa di dunia, yaitu:
a. system
religi
b. system
pengetahuan
c. system
matapencaharian hidup
d. system
peralatan hidup atau teknologi
e. organisasi
kemasyarakatan
f. bahasa
g. kesenian
Tiap-tiap unsur kebudayaan itu dapat diperinci
menjadi unsur-unsurnya yang lebih kecil hingga beberapa kali. Dengan metode
Raplh Linton pemerincian dapat dilakukan hingga empat kali. Karena serupa
dengan kebudayaan dalam keseluruhan, setiap unsur kebudayaan universal itu juga
mempunyai tiga wujud, yaitu wujud sistem budaya, wujud sistem sosial, dan wujud
kebudayaan fisik sehingga pemerincian dari ketujuh unsur tersebut masing-masing
harus juga dilakukan mengenai ketiga wujud tersebut.
Wujud sistem budaya dari unsur
kebudayaan universal berupa adat dan pada tahap pertamanya adat dapat diperinci
lagi menjadi beberapa kompleks budaya. Kompleks budaya dapat diperinci lagi
menjadi menjadi tema budaya. Akhirnya pada tahap ketiga tiap tema budaya dapat
diperinci dalam gagasan.
E.
Hakikat Manusia dan Kebudayaan
Hakikat
Manusia sebagai Makhluk Budaya
Akal dan pikiran yang dimiliki manusia adalah bagian dari
budaya. Dengan akal dan pikirannya manusia dengan kegiatan akal dan pikirannya
dapat mengubah dan menciptakan realitas melalui simbol-simbol atau sistem perlambangan.
Contoh dari sistem perlambangan adalah bahasa yang melambangkan sesuatu
berdasarkan sistem pola hubungan antara benda, tindakan, dan sebagainya dengan
apa yang dilambangkan.
Bahasa tidak hanya yang verbal tapi juga berupa tulisan,
lukisan, tanda atau isyarat. Karena kegiatan berpikir manusia ini budaya
tercipta. Budaya sebagai sistem gagasan yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba
atau di foto, karena berada di dalam alam pikiran atau perkataan seseorang.
Terkecuali bila gagasan itu dituliskan dalam karangan buku. Budaya sebagai
sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku.
Seperti apa yang dikatakan Kluckhohn dan Kelly bahwa “Budaya
berupa rancangan hidup” maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang
kita warisi melalui proses belajar dan menjadi sikap prilaku manusia berikutnya
yang kita sebut sebagai nilai budaya.Jadi, nilai budaya adalah “gagasan”
yang menjadi sumber sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial
budaya.
Nilai budaya dapat kita lihat, kita rasakan dalam sistem
kemasyarakatan atau sistem kekerabatan yang diwujudkan dalam bentuk adat
istiadat. Hal ini akan lebih nyata kita lihat dalam hubungan antara manusia
sebagai individu lainnya maupun dengan kelompok dan lingkungannya.
F. Wujud Kebudayaan menurut Dimensi
Menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
a. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud
ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak yaitu tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
ideal itu berada dalam karangan, dan buku-buku hasil karya para penulis warga
masyarakat tersebut.
b. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas
adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan
adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan.
c. Artefak (karya)
Artefak
adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling
konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan
bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari
wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur,
dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
G.
Faktor Diterima atau Ditolaknya Unsur Kebudayaan
Baru
Pada
umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur
kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan
dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya :
Handphone, komputer, dan lain – lain.
Namun ada pula unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima adalah misalnya :
Namun ada pula unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima adalah misalnya :
a. Unsur-unsur
yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan
lain-lain.
b. Unsur-unsur
yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling mudah
adalah soal makanan pokok suatu masyarakat.
Pada
umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima
unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya
generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur
baru.
Suatu
masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok
individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi.
Berbagai
faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru
diantaranya :
a. Terbatasnya
masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
b. Jika
pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh
nilai-nilai agama.
c. Corak
struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan
baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
Suatu
unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang
menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut. Apabila
unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.
Perubahan Kebudayaan
Penyebab
terjadinya perubahan kebudayaan
Seiring
dengan perkembangan zaman, kebudayaan suatu bangsa pun akan mengalami
perkembangan dan perubahan. Dimulai dari kebudayaan tradisional, kebudayaan
peralihan, hingga kebudayaan modern. Perubahan kebudayaan merupakan suatu
kejadian yang terjadi dalam kehidupan di dunia ini.
Pengertian perubahan
kebudayaan sendiri adalah adanya ketidak sesuaian di
antara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda, sehingga terjadilah keadaan
yang tidak sesuai dengan fungsinya bagi kehidupan.
Perubahan
kebudayaan yang terjadi dalam suatu bangsa tidak luput dari faktor-faktor yang
mempengaruhi. Menurut Soerjono Soekanto faktor-faktor tersebut
terbagi menjadi 2, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern merupakan
faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri yang menyebabkan perubahan
kebudayaan, yang diantaranya:
a.
Perubahan penduduk, seperti: Kelahiran,
Kematian, dan Migrasi.
b. Adanya penemuan baru, seperti: Adanya
ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada (Discovery), Penyempurnaan
penemuan baru (Invention), dan Proses pembaharuan atau melengkapi atau
mengganti yang telah ada (Innovation).
c. Konflik yang terjadi di dalam masyarakat.
Konflik dapat merubah kepribadian orang-orang yang terlibat di dalamnya,
misalnya menjadi pendiam, murung, tidak mau bergaul, atau bahkan berusaha
memperbaiki keadaan tersebut supaya menjadi lebih baik.
d.
Pemberontakan atau revolusi. Hal ini
menyebabkan perubahan pada struktur pemerintahan pada suatu negara.
Faktor ekstern merupakan
faktor yang berasal dari luar masyarakat melalui interaksi sosial yang
mendorong terjadinya suatu perubahan kebudayaan, yang diantaranya:
a. Peperangan. Hal ini dapat menyebabkan
perubahan yang mendasar pada suatu negara baik seluruh wujud budaya (sistem
budaya, sistem sosial, dan unsur-unsur budaya fisik) maupun seluruh unsur
budaya (sistem pengetahuan, teknologi, ekonomi, bahasa, kesenian, sistem
religi, dan kemasyarakatan). Biasanya akibat ini lebih berpengaruh kepada
negara yang kalah.
b. Perubahan alam. Pada zaman sekarang
sebagian besar hal ini disebabkan oleh tindakan manusia sendiri yang
menyebabkan kerusakan alam, seperti mebuang sampah sembarangan, penebangan
liar, pembangunan terus menerus di lahan pertanian, dan masih banyak lagi. Hal
ini dapat merugikan manusia sendiri seperti kehilangan keluarga, tempat
tinggal, harta benda, dan sarana umum lainnya.
c.
Pengaruh budaya lain, seperti:
Penyebaran kebudayaan (Difusi), Pembauran antar budaya yang masih terlihat
masing-masing sifat khasnya (Akulturasi), dan Pembauran antar budaya yang
menghasilkan budaya yang baru tanpa terlihat budaya yang lama sama sekali (Asimilasi).
SUMBER:
Comments
Post a Comment